Sabtu, 29 September 2007

Simbol Perlawanan Terhadap Penjajah Yang Terjajah

budaksubang.blogspot.com

Indonesia, memiliki berbagai budaya dan kesenian yang mengandug arti atau makna yang berbeda-beda , salah satunya adalah Sisingaan, seni budaya asal Subang yang memiliki nilai sejarah bahkan simbol perjuangan masyarakat subang terhadap penjajah belanda dan inggris,

Sisingaan bisa kita lihat di perhajatan atau festival tahunan yang deselenggarakan pemerintah subang,

Sisingaan biasa diiringi dengan kendang pencak atau gamelan, terompet dan alat musik yang lainnya termasuk gong… gerrrewrrrwerr…

Empat lelaki yang memakai seragam menari engklak enklakan memikul sisingaan.kleung ding kleung dingkleung….

Group sisingaan biasa disebut Persatuan Gotong Singa (PERGOSI)

Sisingaan adalah budaya seni dimana masyarakat biasa mengundang PERGOSI dalam acara hajatan dalam rangka meng khitankan anaknya (penganten sunat).

Penganten sunat menunggangi sisingaan bisa sendiri,bsa juga berdua, tergantung keinginan pengaten, dan umur penganten, karena kalu pengaten sunat masih balita harus di jaga, ya… takut ti beubeut gitu..

Rombongan sisingaan mengelilingi kampung, Setelah mengelilingi kampung lalu kembali ke tempat perhajatan dan melakukan berbagai atraksi, mulai pencak silat,sulap sampai debus..

Namun kini seiring berjalan nya waktu, rupanya budaya tersebut sudah mulai terkikis, pasalnya banyak sekali PERGOSI yang tidak memenuhi kriteria PERGOSI yang benar-benar khas Subang yakni sudah tidak lagi mengiringi sisingaan dengan musik khas sunda yakni kendang pencak dan terompet, mereka menggunakan organ tunggal,atau tardug ( gitar dan bedug) yang notabene adalah budaya Indramayu, “ heuuuh. Ma eeenya sisingaan laguna “ KUCING GARONG,MABOK BAE, PENGEN DIWAYU JLSJ..”

Ending dari acara yang biasa melakukan atraksi sulap pencak silat pun telah sirna, Saya bertanya dalam hati apakah mendirikan PERGOSI itu tidak melalui seleksi atau memang tidak ada aturan khusus, yang mengatur bahwa PERGOSI harus benar-benar murni menonjolkan khas budaya yang asli dan harus memenuhi syarat yang mutlak guna melestarikan budaya subang.bahkan sangsi khusus buat PERGOSI yang tidak memenuhi persyaratan.

Kolaborasi antara organ tunggal atau Tardug memang sudah ada sejak dulu namun Pergosi tetap dengan porsinya yaitu menggunakan alat kesenian khas sunda yaitu kendang pencak dan terompet dll.

Sekarang yang terjadi malah PERGOSI tidak lagi menggunakannya melainkan mengunakan organ tunggal dengan lagu cirebonan,

Ini merupakan hal yang sangat memprihatinkan, jika tidak ada aturan lestari budaya, di khawatirkan “Sisingaan” yang merupakan Trade Mark urang Subang, dan bukti perlawanan terhadap penjajah akan terkikis bahkan hilang ke aslian /khas budayanya krena telah digantikan denagan Organ tunggal, Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa tidak kita sadari bahwa sesungguhnya Sisingaan yang merupakan simbol perlawanan terhadap penjajah telah dijajah oleh budaya lain .

Kolaborasi budaya memang tidak masalah, karena letak geografis subang dan indramayu, Cirebon bersebelahan tentu kolaborasi budaya dapat mempererat pendudk di kedua daerah yang bersebelahan tersebut, namun jangan sampai mengikiskan budaya di antara keduanya. Karena budaya harus dijaga dan delestarikan Bagi para pejabat yang menangani masalah seni dan budaya di harapkan menindak tegas kepada PERGOSI yang tidak memenuhi ketentuan yang telah di cantumkan.

Akhirukalam semoga Sisingaan tetap abadi dan menjadi Budaya sekaligus symbol perjuangan Kota Subang yang yang tetap terjaga kelestariannya.cag ah sakieu heula ti Mang Beben,

“URANG SUBANG GOTONG ROYONG SUBANG MAJU”

Selasa, 04 September 2007

Bagja jadi urang Pasundan


budaksubang.blogspot.com

Sapanjang jalan panon teu bisa peureum,hate bagja tur sugema ningali kaendahan alam.mungguh sampurna kaagungan sang khalik.nyiptakeun sagala kaendahan di alam dunya nu pinuh kaajaiban .Gunung,laut,langit,bumi jeung sajabana deui anu ngagaduhan mangrebu kaunikan,kaendahan sareng bukti anu sanesna kaagungan Allah SWT.

Tah dina posting Mang Beben ayeuna urang sasarengan muji kaagungan sang Khalik anu tos nyiptakeun alam dunya ieu sareng ka endahan Alamna Khusus na tatar Pasundan,Mun seug ku urang di lenyepan,urang salaku urang Pasundan pasti ngarasa bangga,sok tingali alam di sekitar urang,pasti urang sadar bahwa urang teh mung saukur mahluk leutik nu teu bisa nanaon di hareupeun anjeuna (Allah SWT).

Kamari pasosore Mang Beben tos nyaba ka Bandung,sapanjang jalan ti Bandung ka Subang meuni reueuuuus teh ningali kaendahan alam, mungkin para penbaca pasti pernah melakukan perjalanan ti Bandung ka Subang,atanapi katempat liana di tatar pasundan khususna,apakah pernah berpikir salaku urang pasundan?? yups.. Urang salaku Urang Sunda anu ngageugeuh di tatar pasundan sakuduna ngarasa bangga lahir di lemah cai anu sakieu endahna,urang ngabogaan gunung anu endah ,laut pantai selatan,laut pantai utara,kawasan puncak anu selalu ramai di kunjungi ku turis ti manca Negara, jeung anu lian na deui di kawasan pasundan.

Natural cenah ceuk barudak ayeunamah,tepat pikeun symbol urang pasundan,sabab urang pasundan selalu natural dari segi kepribadian,budaya,makanan khas sunda jeung sajabana deui.

Tugas urang ayeuna hayu urang ngajaga ka endahan alam anu geus di waris keun ku udegudeg jangga wareng urang,urang kudu bersyukur lahir di tatar pasundan,karena kanikmatan ieu, sareng kabagjaan ieu, anugrah ti gusti numahasuci,anu teu dirasakeun ku umat anu lahir di luar tatar pasundan,ieu kanikmatan anu luar biasa nyaeta “NIKMATNA LAHIR DI TATAR PASUNDAN” urang pasti bangga lamun seug ku urang di lenyepan.

Sajabana anu di sebut keun ku Mang Beben eta masih loba deui kaendahan di tatar pasundan tapi mang Beben belum tau..:P. ka para pengunjung bisa ngabagi kabagjaan di post Commen ieu posting,tulis kabagjaan pengunjung anu tos lahir di tatar pasundan.

Anu terakhir Mang Beben neda di hampura bilih aya salah ucap dina nulis ieu posting ma’lum lah Mang Beben mah jalma dusun anu teu ngarti babasan.

Wassalam….

Senin, 27 Agustus 2007

Pencarian Jati diri

budaksubang.blogspot.com

Terbawa terbang angan-angan ,terbawa kaki melangkah,melakukan yang di kehendaki, apa tujuan /motipasi ,apa dan mengapa ada apa dengan budaksubang.blogspot.com.

Sebagai penulis tentunya harus menyampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan budaksubang.blogspot.com.para pengunjunga tentunya masih bingung ada apa diblogs kami,asal usul gimana kok bisa bikin blogs ?

Yups… memiliki Blogs semula hanyalah iseng belaka,namun setelah beberapa bulan terakhir ini ternyata mengasyikkan… dan mulai terpikir tuk memberikan persembahan buat orang lain,tentu sebagai penulis harus memiliki ide-ide yang cemerlang atau menyempaikan sesuatu yang baru.tetapi dalam hal ini rasanya saya memiliki kekurangan

Karena banyak sekali blog kami yang memang tidak original pemikiran kami, harapan kami sa’at ini para pengunjung mema’lumi karena keterbatasan pengetahuan,dan masih bingung apa yang harus di sampaikan,akan tetapi tentunya saya tidak berhenti sampai disini saja,sambil mempelajari segalanya kami tengah mempersiapkan posting-posting yang original,dan budak subang bangeeetzZz.

Adapun tujuan membuat blogs adalah memperkenalkan Kab.Subang dan memberikan informasi kepada temen2 pengunjung dari segi pendidikan,wisata ,budaya dan apa aja yang berkaita daengan subang,kepada temen-temen pengunjung yang memiliki informasi tentang subang silahkan kirim via E-mail, insya allah kami akan menampilkanya diblog ini.dan ucapan ma’af kepada segenap pihak yang terkait bila link-link media masa atau pun semua yang ada di side bar, kami pampang tanpa izin dan yang sudah ngasih ijin terima kasih yaaa…tujuan kami adalah mengingat belum adanya posting-posting kami yang berkaitan dengan tutorial dan belum memiliki penulis untuk itu.maka kami menampilkan link-link yang berkaitan dengan hal tsb.dan sama sekali tidak ada tujuan komersialisasi,hanya dengan satu tujuan mempersembahkan yang terbaik buat para pengunjung,sehingga mempermudah bila ingin mengetahui informasi yang lain.

Misalkan penungjung ingin mengetahui,Berita,download Software,cari tutorial dll

Tidak lupa ucapan terima kasih kepada berbangai pihak yang membantu dan mendukung pembuatan Blog ini harapan kami pada sa’atnya nanti Blog ini manjadi Blog yang dapat sejajar dengan para seniornya,dan mampu memberikan yang terbaik buat para pengunjung.bagi kami ini merupakan suatu tantangan dan sa’at nya menampakan jati diri yang memang tersembunyi.

Harapan kami kepada para pengunjung untuk nemberikan pemikira-pemikiran yang Briliant untuk memajukan blog ini,kritik dan saranya kami tunggu.

Dan yang terakhir kami ucapkam selamat bergabung di

budaksubang.blogspot.com

Jumat, 03 Agustus 2007

Petani Subang Kecewa

budaksubang.blogspot.com

SUBANG, (PR).-
Petani di wilayah Kab. Subang yang kini sedang menikmati panen menjadi kurang bergairah karena harga gabah langsung merosot. Merosotnya harga gabah seiring dengan turunnya harga beras di pasaran Subang yang mencapai Rp 4.600,00/kg untuk kualitas beras kelas 1. Hal itu diduga terkait dengan kondisi panen yang kian meluas di wilayah Kabupaten Subang.

PETANI di wilayah Kec. Compreng, Kab. Subang, bergairah dengan hasil panen padi yang tergolong bagus kualitasnya, Selasa (27/3). Namun kegairahan petani belakangan terhadang oleh harga gabah yang merosot berkisar Rp 2.300,00 hingga Rp 2.400,00/kg dibandingkan harga sebelumnya yang menembus harga Rp 3.000,00/kg.* MARSIS SANTOSO/"PR"

Sejumlah petani yang dihubungi "PR", Selasa (27/3), mengaku kecewa dengan turunnya harga gabah sekarang ini karena waktu menggarap sawah, harga pupuk sudah naik. "Harusnya harga pupuk tidak dinaikkan, termasuk sarana produksi pertanian lainnya karena begitu musim panen, harga gabah selalu anjlok, " kata Engkon, petani di wilayah Kecamatan Binong.

Dikatakan, harga gabah di sejumlah wilayah di Kabupaten Subang pada dua pekan sebelumnya sempat mencapai Rp 3.000,00 hingga Rp 3.100,00 per kg. Namun, sepekan terakhir, seiring dengan meluasnya daerah-daerah yang telah memasuki masa panen, harga gabah berada pada kisaran Rp 2.300,00 hingga Rp 2.400,00 per kg.

"Bahkan katanya ada petani yang hasil panennya hanya ditawar Rp 2.000,00 per kg," ujar Alim, petani lain di Desa Compreng.

Karenanya, petani yang semula memiliki harapan besar atas panen padi musim ini yang berbarengan dengan tingginya harga beras di pasaran menjadi kecewa. Petani berharap Pemkab Subang dapat turun tangan untuk menstabilkan harga hingga petani tidak kelewat dirugikan.

Kepala Cabang Dinas Pertanian Kec. Pagaden, Tatang yang dihubungi terpisah mengakui turunnya harga gabah tersebut. Dikatakan, awal bulan Maret harga gabah masih bertahan di kisaran Rp 2.800,00- Rp 3.000,00/kg gabah kering pungut (GKP). Namun sekarang begitu panen meluas, harganya turun drastis menjadi Rp 2.300,00-Rp 2.400,00 tergantung keadaan gabahnya.

Menurut dia, tren penurunan harga kemungkinan masih akan berlanjut karena panen di berbagai daerah di Kabupaten Subang masih akan terus berlangsung. "Saat ini panen di wilayah kita baru seperempatnya dari luas areal sawah, 5.380 hektare," katanya.

Berkaitan dengan masalah tersebut, anggota Komisi B DPRD Subang, Agus Warsito berharap pemerintah Kabupaten Subang, terutama Bulog, segera turun tangan jangan sampai petani Subang malah seperti ”ayam mati di lumbung padi. " Ya, kalau bisa Bulog segera membeli gabah petani dan kita pun akan melakukan pemantauan ke lapangan," kata Agus.

Sementara Kasub Divre Bulog Subang-Purwakarta, Bambang Sudibyo didampingi Kasi Gasar, Agus Nuryono kepada wartawan menyatakan kesanggupannya membeli langsung gabah petani. "Kita sudah sangat siap dan telah mengeluarkan surat perintah untuk bersama-sama mitra Bulog melakukan pembelian. Hanya, hingga sekarang belum ada ketentuan berapa harga pembelian pemerintah (HPP)," kata Bambang.

Dikatakan, Bulog Subang-Purwakarta pun tidak ingin pengadaan gabah tidak mencapai target seperti yang terjadi pada tahun 2006 lalu akibat harga yang tidak menentu. "Kita hanya mampu mengadakan 16 ribu ton gabah, padahal bila situasi normal mencapai 80 ribu ton gabah kering giling atau setara 50 ribu ton beras," ujarnya menambahkan.

Runtuhnya Jembatan Cipunagara

budaksubang.blogspot.com
Runtuhnya Jembatan Cipunegara A yang berlokasi di desa Mulyasari, Pamanukan Jawa Barat yang terjadi Jum’at (23/7) pukul 23.00 wib, sesuai dengan hasil identifikasi yang dilakukan pihak kepolisian menunjukkan bahwa kesimpulan sementara disebabkan dua faktor. Dua faktor tersebut pertama adanya beban muatan lebih (overloading) yang melintas bersamaan diatas jembatan tersebut. Kedua, masalah usia jembatan jenis rangka baja Calendar Hamilton (CH) dari Ingris sudah tua dan dioperasikan 24 tahun lalu kekuatannya tinggal 75 persen.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Soenarno Minggu (25/7) di Jakarta saat melakukan Jumpa Pers yang didampingi Dirjen Prasarana Wilayah Hendrianto Notosoegondo, Kepala Pusdatin Waskito Pandu. Lebih lanjut menurut Soenarno, kekuatan jembatan rangka baja jenis CH dirancang semi permanen tersebut kemampuannya hanya berkisar 200-250 ton sedangkan saat itu bersamaan 7 truk bermuatan semen dan kayu dengan total berat seluruhnya 326 ton tak mampu menahan beban akhirnya runtuh secara vertikal di Sungai Cipunegara.

Menurutnya, kendaraan bermuatan berat yang melintas bersamaan diatas jembatan tersebut jarang terjadi, namun hal itu bisa terjadi. Persoalannya, kata Soenarno, kedepan bagaimana kita melakukan pengawasan terhadap jembatan jembatan sepanjang jalan Pantura yang jumlahnya cukup banyak dan usianya sudah diatas 20 tahun.

“Kira-kira ada sekitar 30 buah jembatan tipe rangka baja Calendar Hamilton yang menjadi perhatian kita,“ujar Soenarno. Oleh karena itu bersama Polri mengambil langkah agar jembatan-jembatan yang usia diatas 20 tahun akan dilakukan pengawasan yang cukup ketat terutama kendaraan yang melalui kendaraan tersebut,“imbuhnya.

Mengenai peran Jembatan timbang, kata Soenarno, dahulu karena ada indikasi terjadinya pungutan liar maka sementara ditutup namun saat ini secara idential saja difungsikan untuk test. Namun kenyataannya dilapangan para pemakai jalan melihatnya kalau kena denda tinggal hitungan dan membayar denda tersebut. “Itulah kejadian yang ada di jembatan timbang,”kilah Soenarno.

.

Masalah Jembatan timbang dan LLAJR dengan UU no 22, kata Menkimpraswil, menjadi kewenangan Pemda bahkan ada yang diatur dengan Perda. Untuk itu, kedepan peran jembatan timbang dapat berfungsi sebaik-baiknya untuk menjaga kasus-kasus seperti ini tidak terjadi lagi. Sementara itu, perlu adanya koordinasi dengan Depperindag agar truk-truk yang dibeli perusahaan ini memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah ada. Mengingat jalan tersebut hanya mampu dibebani pada MST (Muatan Sumbu Terberat) tertentu. Jadi jangan sampai melebihi beban maksimun dan sudah tentu jalan akan cepat rusak.

Untuk mengatasi masalah kendaraan dengan beban berlebihan yang melintas di jalan Pantura solusinya disamping mengganti rangka baja tersebut dengan kerangka beton juga merealisasikan jalan tol sepanjang 1000 km. Sehingga kendaraan dapat dialihkan ke jalan tol yang memang dirancang untuk kapasitas lebih besar. Sementara jalan Pantura dikembalikan untuk beban-beban kendaraan yang normal saja sehingga kita memiliki jaringan jalan yang khusus membawa berat dan membawa penumpang. Soenarno meminta kepada komisi nasional trasportasi agar melakukan penelitian segera terhadap kejadian ini karena menyangkut masalah keselamatan transportasi. Dari hasil kajian itulah nanti akan dilakukan langkah yang perlu dilakukan.

Dalam kesempatan yang sama Dirjen Prasarana wilayah Hendrianto Notosoegondo menyatakan bahwa untuk rehabilitasi jembatan tersebut diperlukan waktu sekitar 1,5 bulan dan ditaksir akan menelan dana sekitar Rp. 2 milyar. Jembatan tersebut akan diganti dengan type jembatan rangka baja (trans Bakrie) dengan bentang 50 m yang didatangkan dari Surabaya.

Saat ini kata Hendrianto, dikerahkan alat berat berupa crene, excapator, dump truk grader yang didatangkan dari proyek Fly Over Pamanukan untuk mengangkat kendaraan dan rangka jembatan yang ambrol tersebut. Menurutnya pelaksanaan pekerjaan dari evakuasi, pembongkaran sampai berfungsinya kembali jembatan tersebut diperkirakan sampai pertengahan September tahun ini.

Peristiwa tersebut, kata Dirjen Praswil, mengakibatkan kondisi lalu-lintas terganggu karena hanya satu jalur yang berfungsi, ditambah kerumunan masyarakat dilokasi kejadian sehinga akibatkan kemacetan lalu-lintas mencapai 3 km. (Jons)

Pusdatin

(25/7/2004)

Blanakan ( Penangkaran Buaya )


budaksubang.blogspot.com
Penangkaran Buaya Blanakan terletak di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang. Dilokasi ini di kembangkan penangkaran buaya jenis muara yang berjumlah kurang lebih 200 ekor, terdiri dari buaya jantan dan betina lengkap dengan habitatnya.
Obyek wisata ini dikelola oleh PT. Perhutani. Diobyek wisata ini juga terdapat hutan mangrove. Para wisatawan yang datang ke lokasi obyek ini dapat menikmati makanan laut khas Blanakan yaitu ikan bakar Etong, cumi dan kepiting yang disajikan di warung-warung yang tertata rapih di bawah kerindangan pohon-pohon. Selain itu pula para wisatawan juga dapa menyusuri pesisir laut Blanakan sampai dengan Patimban dengan menggunakan penyewaan kapal boat yang tersedia di sana.

Jarak dan waktu tempuh kendaraan mobil :
Subang-Blanakan 48 km 1 jam
Jakarta-Blanakan(Via Pantura 190 km 3 jam
Bandung-Blanakan 116 km 2,5 jam
Ciater-Blanakan 65 km 1,5 jam

Curug Cileat


budaksubang.blogspot.com
Terletak di Desa Cisalak tepatnya di Desa Mayang. Dari Subang ± 37 km ke arah selatan dan dari Bandung ± 50 km ke arah utara. Cileat merupakan salah satu obyek wisata yang masih alami, yang mempunyai air terjun dengan ketinggian ± 100 m. Iklimnya yang sejuk dan panoramanya yang indah membuat para pengunjungnya menjadi terkagum-kagum akan ciptaan Yang Maha Kuasa dan membuat pengunjungnya menjadi betah untuk tinggal berlama-lama untuk menyaksikannya.

Gunung Tangkuban Parahu


budaksubang.blogspot.com
Tangkuban Parahu merupakan salah satu obyek wisata terfavorit yang terletak di wilayah Kabupaten Subang. Tangkuban Parahu berada pada ketinggian 2084 m diatas permukaan laut.
Sederet pesona alam di kawasan Tangkuban Parahu mulai dari keindahan alam dengan kawah-kawahnya yang membentang luas dengan kesejukan udara pegunungan yang khas serta hamparan gunung-gunung lain yang tinggi menjulang mengelilinginya merupakan fenomena alam yang menjadi daya tarik tersendiri dan menjadikan gunung Tangkuban Parahu sebagai salah satu obyek wisata yang diminati pengunjung.
Dilihat dari kota Bandung, gunung Tangkuban Parahu memiliki bentuk yang unik menyerupai perahu terbalik (Bahasa Sunda: Tangkuban = Terbalik, Parahu = Perahu). Bentuk unik dipercaya memiliki kaitan yang sangat erat dengan kisah legenda sangkuriang.

Jarak dan waktu tempuh kendaraan mobil :
Subang-TP 35 km 45 menit
Jakarta-TP (Via tol Sadang) 190 km 3 jam
Bandung-TP 37 km 50 menit
Ciater-TP 5 km 15 menit

Curug Agung Batu Kapur


budaksubang.blogspot.com
Curug Agung dikenal juga dengan nama Batu Kapur, terletak di desa Curug Agung Kecamatan Sagalaherang. Jarak dari arah selatan Subang 17 km dari arah utara Bandung. Curug Agung dilengkapi dengan fasilitas kolam renang air panas dengan suhu 400 - 450 C, pondok dan tempat rekreasi anak-anak. Berdasarkan pengalaman para pengunjung yang datang berendam di kolam air panas tersebut dapat menyembuhkan penyakit gatal-gatal.

Air terjun Curug Cijalu


budaksubang.blogspot.com
Curug Cijalu terletak di Kecamatan Sagalaherang, berjarak 37 Km dari kota Subang ke arah selatan (1 jam perjalanan) dan sekitar 50 Km dari Kota Bandung kearah utara (1,5 jam perjalanan). .Seperti namanya, curug (air terjun, Bahasa Sunda), hanya sepasang air terjun yang tumpahan airnya mengalir deras membelah bukit di puncak Gunung Sunda, sekira 800 meter di atas permukaan laut. Tumpahan air itu menyajikan panorama indah pada birunya langit, sejuknya udara, dan hijaunya pepohonan yang menyelimuti suasana wisata yang berada di Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang. Belum lagi percikan air terjun yang dingin, sejuk dan putih, membuat para wisatawan tak tahan lagi ingin segera bermandi ria di bawahnya. Curug Cijalu "ditemani" dua makam yang dikeramatkan dan juga "ditemani" oleh air terjun lain yang dikenal dengan nama Curug Perempuan yang terletak sekira 100 meter sebelum Curug Cijalu. Selain curug Cijalu dan Curug Perempuan, terdapat pula lapangan sebagai areal untuk camping bagi para pengunjung Secara keseluruhan, tempat ini dapat dijadikan alternatif bagi pengunjung yang memiliki hobi berpetualang. Selain menjanjikan ketenangan dan ketenteraman, juga kedamaian menjadi perpaduan yang kompak untuk menunjang daya tarik tersendiri.

Pantai Patimban


budaksubang.blogspot.com
Pantai Kalapa Patimban merupakan salah satu obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Subang, merupakan daya tarik khas wisata pantai. Pantai Kalapa Patimban juga mempunyai kedalaman laut yang landai sehingga para pengunjung dapat aman bermain di laut. Kegiatan yang dapat dilakukan salah satunya adalah bola volley pantai dan sky boat. Berperahu, memancing dan masih banyak lagi kegiatan yang dapat dilakukan disana bersama keluarga . Jarak dan Waktu tempuh kendaraan mobil
Subang-Patimban (57 km) 1,5 jam
Jakarta-Patimban (Via Pantura)(160 km) 2,5 jam
Bandung-Patimban (114 km)2,5 jam
Ciater-Patimban (96 km) 1,5 jam

Pantai Pondok Bali


budaksubang.blogspot.com

HAMPARAN pantai dengan deburan ombak yang membuncah, serta birunya air laut seringkali membuat orang merasa rindu untuk kembali menikmati suasana pantai. Suasana inilah yang menjadikan wisatawan berkunjung ke Pantai Pondok Bali. Pantai ini terletak di Desa Mayangan, Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang Utara. Anda dapat mencapai pantai ini setelah menempuh sekira 9 kilometer dari kota Pamanukan (Jalan Raya Pantura) dan bejarak 40 km dari kota Subang kearah utara .




Rambut dan Nikmat Tuhan


budaksubang.blogspot.com

Pasosore, sekitar pukul 17 atawa jam opat sore Saya berangkat kerja ,kebetulan di bulan agustus ini saya teh dapat sip malam .hari ini saya berangkat lebih awal, ada rencana makan soto ayam pafourit yang letaknya g jauh dari tempat kerja , teu di caritakeun makan nya mah da pasti nikmat kan tos di caritakeun etateh soto pafourit saya..

Setelah rengse makan trus bayar, hehehe.. kl g bayar mah hayang di gebugan ku tukang warung..? yupzZz.. langsung ka tempat gawe, di tempat gawe aya aww keur narima telephon ,nyaeta teh Dedew, sebut saja da teu meunang di sebut ken asli namah bisi nuntut..hehehe… Teh Dedew teh salah satu wartawati Koran terkemuka di Bandung yang di tugas kan di Bks , tuluy saya menghampirinya dan terlibat obrolan ngaler ngidul

Teh Dedew slaloe aja punya cerita yang menarik dan enak tuk di bahas ma’lum etamah da tugas manehna sebagai seorang wartawan,mun teu kitu moal kapake meureun hehehe … tapi dina obrolan sore eta aya nu penting dan perlu diinget sareng di lenyepan ku urang sarerea salaku umat manusa nu gumelar di alam dunya..

Sepenggal perkataanTeh Dedew sama saya :

“ Yeuh Ben, Sayah mah sok inget kana omongan nini euy…”

“ ari kitu bilang apa nya teh..?” ( ceuk saya bari panasaran)

“ Gini ,waktu saya kumpul dirumah nenek, nenek sayah teh ngomong gini sama saya ;” Mungguh Sapurna Sareng mulia Ciptaan Gusti Allah Nyiptakeun anu aya dina diri Urang Nurutkeun Fungsi sareng kasampurnaan nana “

salah sahijina nyaeta bu’uk atawa rambut,

Coba pikirkan seandainya rambut yang ada di atas mata (halis) atau bulu rambut dan juga kumis kita bisa panjang kayak rambut di atas kepala ? euhh pasti sangatlah mengganggu.

Tah geuning ngobrol sore teh geuning aya manfaat na,dina obrolan eta urang meunang elmu ,memang lamun seug di pikir2 bener juga kata neneknya teh Dedew teh.. coba kita sama2 pikirkan gimana seandainya rambut selain di kepala pertumbuhannya seperti rambut di kepala yang bisa tumbuh beberapa centi selama satu minggu, bagi yang kaum bapak –bapak yang males mencukur rambut bayangin kl lagi makan pasti riweuh pisan ku kumis anu ngambay kana lambey,trus riweuh panon kacolokan ku bulu rambut anu geus panjang ayan kana sapuluh centi na pokoknamah bias rariweuh..

Syukur alhamdulillah,mungguh sampurna gusti anu maha suci nyiptakeun kaula sareng kasampurnaan nana.sobat, kadang urang lupa diri mensyukuri anu aya dina diri urang , kadang urang lupa bersyukur dengan apa yang telah di berikan sang khalik dina diri urang , mang Beben berharap mulai sekarang urang kudu bersyukur dengan segala anu aya dina diri urang sareng fungsina, cag ah sakieu heula ti mang Beben panjang lebar bisi salah hehehe.. wassalam ..

Cloud Callout: Euh..riweuh pisan , hese dahar…

Rabu, 01 Agustus 2007

PENGRAJIN "BEDOG" TANJUNG SIANG

Shinta Dewi Maharani

Perajin ”Bedog” Perlu Bapak Angkat

PERAJIN golok alias bedog yang ada di wilayah Kecamatan Tanjungsiang Subang sebenarnya cukup potensial kalaulah dikembangkan dan dikelola oleh dinas terkait dalam hal teknis pembuatan dan pemasarannya. Apalagi bila disokong dengan bantuan dana dan dihimpun dalam suatu wadah usaha yang mapan, seperti koperasi atau lainnya.

Salah satu perajin yang berhasil ditemui, Ahmad Baiquni dan putranya, Yudi Hifli ketika menjajakan hasil kerajinannya di acara panen padi hasil perpaduan teknologi Primatani oleh Gubernur Jabar yang diwakili Asda II Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Wawan Ridwan di Desa Sindanglaya, Tanjungsiang, Senin (23/7), tidak bisa berbicara banyak tentang nasib usahanya. "Ya beginilah nasib perajin kecil dan bisa dagang di sini pun atas ajakan petugas penyuluh pertanian," kata Ahmad mengawali pembicaraan.

Ahmad sudah terbilang lama bergelut dalam usaha pembuatan kerupuk dengan nama 3 putra. Namun melihat lingkungan tempat tinggalnya di Kampung Cikadu Desa/Kec. Tanjungsiang banyak yang bisa membuat sarangka dan pandai besi tetapi tidak pernah maju dan berkembang, ditambah banyaknya anak-anak yang putus sekolah termasuk anaknya sendiri, ia pun beralih profesi. "Dari sinilah saya tertarik hingga bisa merekrut 20 orang dengan modal nekat mengajukan kredit ke BRI dengan jaminan rumah. Tetapi sekarang juga tetap bingung karena bunga yang cukup besar dan kesulitan dalam pemasaran," kata dia.

Usaha yang dirintisnya ini baru berjalan beberapa bulan, tetapi hasil produksinya terhitung lumayan. Dengan modal dan peralatan yang sangat sederhana untuk 1 pandai mampu menghasilkan 60 golok berbagai jenis, sedangkan perah atau sarangka-nya bisa lebih. Dia menceritakan dengan gamblang tentang kendala yang dihadapinya terutama mengenai masalah permodalan yang sangat minim, sehingga masih memerlukan suntikan dana untuk tambahan modal kerja dan pembelian alat. "Coba saja Pak, harga alat slep atau untuk menghaluskan golok, parang dan lainnya hanya bisa berumur 3-4 bulan saja, sementara harganya cukup mahal mencapai Rp 500 ribu, "ujar Ahmad.

Bahan baku yang digunakan untuk membuat golok adalah dari besi per bekas kendaraan. Sedangkan untuk perah atau sarangka-nya terbuat dari kayu. Kadang-kadang untuk produk ini bisa dibuat dari bahan tulang/tanduk tergantung pesanan. Saat ini, menurutnya, agak sulit mencari bahan baku karena memang besi baja sedang mahal. Kalaupun terpaksa, dikaitkan dengan hasil produksinya jelas akan memberatkan konsumen, kecuali bila memang hasil pemesanan.

Untuk masa-masa awal, pemasaran produk rekaan Ahmad, dilakukan dengan cara menjajakan langsung dari rumah ke rumah di wilayah Subang dan sekitarnya seperti Cikampek, Karawang dan Indramayu. Ia bersyukur, saat ini banyak yang memesan dalam jenis lux yakni dengan pegangan tanduk dan sarangka-nya dibalut aneka aksesoris.

”Tapi pesanan seperti ini jarang terlayani karena sangat terbatas dan minimnya modal. Untuk satu produk saja mencapai lebih dari Rp 200 ribu dan bila dijual Rp 250 ribu, ya pas-pasan, "ungkapnya sambil mencontohkan golok yang diberikan Bupati kepada Asda II Pemprop Jabar.

Sedangkan pegangan biasa yang berbentuk wayang golek dengan golok sedang dan kecil harganya di bawah Rp 100 ribu.

Keinginan kuat Ahmad Baiquni yang telah dipendamnya sejak lama adalah lahirnya suatu ikatan antara perajin dengan perusahaan besar atau semacam bapak angkat. Ia juga berkeinginan mendirikan koperasi agar dapat menerima dan menampung hasil produksi dari tiap-tiap perajin yang cukup banyak di wilayah Tanjungsiang. Yang lebih penting, tentunya diharapkan adanya perhatian dari dinas/instansi terkait dalam membina usahanya. (JU-14)***PR


Bermalam di keindahan Bumi Parahiyangan

Shinta Dewi Mahara


Bermalam di Keindahan Bumi Parahyangan


Perjalanan wisata di Jawa Barat penuh dengan eksotika pemandangan alam yang memikat. Jarak satu kota dengan kota lain di propinsi ini amat berdekatan dan dapat ditempuh dalam hitungan jam saja. Namun, tak ada salahnya jika sesekali bermalam di salah satu kota. Sebuah pengalaman baru yang menakjubkan akan Anda rasakan.

Ciater Spa and Resort

Pemberhentian pertama kami di kota Subang adalah sebuah resor yang terletak di Jl Raya Ciater. Namanya Ciater Spa and Resort. Tempat ini merupakan sarana wisata keluarga yang sangat bagus. Udara dingin plus hujan rintik yang masih terus membasahi kota Subang, sempat membuat kami menggigil kedinginan. Pasalnya, suasana Jakarta yang panas, membuat kami tak terbiasa dengan hawa dingin Subang.

Ciater Spa and Resort sendiri merupakan kawasan yang terletak tidak jauh dari Gunung Tangkuban Perahu. Lokasi yang strategis, membuatnya menjadi salah satu tujuan wisatawan saat berkunjung ke obyek wisata Gunung Tangkuban Perahu.

Di resor ini, selain kolam rendam air hangat, juga disediakan fasilitas spa yang menggunakan air hangat. Selain itu, untuk mereka penggemar perang-perangan, dapat menyalurkan hobi anda di arena Paint Ball. Untuk anda penggemar offroad, anda dapat mengadu nyali anda pada track Go Kart yang telah di set sedemikian rupa. Bahkan, pengunjung, bisa melakukan relaksasi yang merupakan fasilitas dari Ciater Spa and Resort. Berupa terapi dengan menggunakan sumber air panas yang mengandung belerang tersebut.

Hujan mereda ketika hari sudah gelap. Meski begitu, kami tetap memaksakan diri keluar dari kawasan resor untuk menjelajah dunia malam Subang. Ternyata sepanjang jalan yang kami temui hanyalah jalanan yang kosong. Makanya, baru setengah perjalanan menurun, akhirnya kami memutuskan untuk kembali lagi menuju Ciater Spa.

Tak ada kegiatan yang kami lakukan di resor ini. Jalan-jalan yang kami lakukan hanya mengitari seputar resor untuk melihat beberapa fasilitas yang tersedia. Namun, hanya kolam air hangat yang kami coba, pasalnya untuk fasilitas lain, seperti offroad, Paint Ball dan lain-lainnya, terhalang karena hujan. Malam itu, kami tidur lebih cepat, karena ingin lebih segar di keesokan harinya.

Kampung Sampireun

Kampung Sampireun berdiri di atas tanah seluas 5 hektare, dengan pemandangan yang sungguh memanjakan diri. Dijamin, lelah yang terasa di sepanjang perjalanan akan terbayar penuh dengan pemandangan yang ada di Sampireun. Suara gemercik air, dan sayup-sayup terdengar suara alunan gamelan khas Sunda, hingga pantulan cahaya obor pada malam hari membuat suasana semakin romatis.

Kampung Sampireun terletak 1.500 mdpl dan memang dirancang untuk membuat orang yang menginap melupakan sibuknya dunia kota dan menikmati keheningan desa di tengah danau. Sampireun memiliki 14 cottage dan sebuah bungalow khas Sunda. Semua cottage dibangun di atas danau dengan menggunakan bahan-bahan yang alami, mulai dari atap rumbia serta semua perabotan yang dibuat dari bambu.

Pada malam harinya, minuman khas Sunda Sekoteng menemani kami. Uniknya, minuman tersebut diantar langsung ke tempat tamu yang menginap dengan sampan. Memang, di atas sampan itu terdapat seorang koki, seorang pemain kecapi, pemain suling dan yang mendayung sampan. Travel Club

Selasa, 05 Juni 2007

FROFIL

Shinta Dewi Maharani

SUBANG - PROFIL

Bebet dan Kesenian Gembyung
”Yang jelas, saya ingin mengangkat kesenian tradisional Sunda, terutama kesenian Gembyung. Sebab, Gembyung itu merupakan seni buhun (jaman baheula) yang harus kita lestarikan keberadaannya.” Demikian ungkap Bebet Sulaiman mengenai latar belakangnya memperkenalkan kembali kesenian Gembyung ke masyarakat.Singkat, tegas, dan pasti, begitulah memang gaya pria satu ini jika menjawab pertanyaan.
Kesenian Gembyung yang merupakan kesenian tradisional Subang memang beberapa dekade ini telah hilang dari permukaan, akibat maraknya kesenian-kesenian modern. Oleh karena itu, sebagai orang Sunda, Bet Sonlie demikian nama beken Bebet di grup Gembyungnya -- merasa tergugah untuk melestarikan kesenian tradisional warisan leluhur tersebut.
”Sekarang ini kan kita selalu kalah oleh organ tunggal dan seni modern lain. Untuk itu saya merasa berkewajiban untuk memperkenalkan kesenian tradisional Sunda, terutama Gembyung ini kepada generasi muda,” ungkapnya.
Sebagai bentuk kecintaannya terhadap kesenian tradisional Gembyung, bersama rekan-rekan sesama karyawan di Pemkab Subang, Bebet membentuk sebuah paguyuban. Paguyuban tersebut diberi nama Paguyuban Gembyung ”Dangiang Dongdo” dan sudah berdiri sejak tiga tahun lalu. ”Alhamdulillah sejak itu Gembyung mampu berkembang lagi,” kata suami Ati ini menjelaskan.
Menurut pengakuannya, dia sendiri mendirikan paguyuban Gembyung ini terinspirasi oleh kelompok Gembyung dari Gembor, Kec. Pagaden. Ketika itu, kelompok Gembyung tersebut terdiri dari para pria yang usianya sudah menjelang maghrib. ”Namanya juga aki-aki, suara mereka itu pasti kurang enakeun,” tegas Bebet.
Kesenian Gembyung sendiri menurut Bebet awalnya merupakan media penyebaran agama Islam oleh para wali di wilayah Kab. Subang. Maka dari itu, tembang yang mengiri Gembyung adalah shalawatan.
”Tapi karena kita ingin agar Gembyung ini diterima semua lapisan masyarakat, maka kita modifikasi. Kita sesuaikan dengan jaman sekarang ini. Yang tadinya shalawatan, sekarang diganti lagu-lagu Sunda dan sejenisnya,” katanya.
Berkat usahanya melestarikan kesenian Gembyung ini, Bebet beserta rekan-rekan di ”Dangiang Dongdo” kerap diundang dalam acara-acara penting. Tidak hanya di wilayah Kab. Subang, Bebet juga pernah diundang Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) Republik Indonesia . ”Waktu itu kita diundang dalam acara serah-terima jabatan di Dephankam. Acaranya sendiri digelar di Ancol,” kata pria asli Subang kelahiran Januari 1956 ini.
Satu hal yang berkesan baginya dalam acara itu, tiga petinggi Dephankam ikut ngibing dengan diiringi musik Gembyung-nya. ”Saya sampai tidak percaya, padahal mereka itu pangkatnya sangat tinggi. Bahkan saya sampai nangis karena terharu,” ceritanya mengenang acara tersebut.
Tidak hanya itu, pada 28 April 2007 mendatang juga, Bebet akan mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Barat. Penghargaan tersebut akan dia terima berkat jasanya dalam melestarikan kesenian tradisional Sunda.
Kecintaannya terhadap budaya tradisional Sunda juga tidak hanya diwujudkan dalam kesenian Gembyung. Di padepokan tempat tinggalnya, dia membuat Saung Seni Budaya. Di saung tersebut dia memamerkan beragam perlengkapan tradisional Sunda. ”Ya ada dulang, uluku, dan alat-alat tradisional Sunda lainnya. Saya coba kenalkan ke para pemuda bahwa para leluhur kita dulu menggunakan alat tradisional seperti ini. Ya kalau anak-cucu kita kelak bertanya tentang alat dan seni tradisional Sunda, kita bisa menjelaskan dan memperlihatkannya,” terangnya.
Satu kelompok seni Gembyung sendiri terdiri atas 17 orang dengan alat-alat yang berjumlah banyak pula. Alat-alat tersebut adalah terbang (rebana besar), goong, kendang, dan bedug. ”Ya hampir menyaingi grup Jaipong lah,” candanya. Kesenian rakyat ini biasa dipentaskan dalam upacara-upacara adat seperti mapag cai dan ruatan bumi. (JU-09)***PR

PROFIL

Shinta Dewi Maharani


> SUBANG - PROFIL

Bebet dan Kesenian Gembyung
”Yang jelas, saya ingin mengangkat kesenian tradisional Sunda, terutama kesenian Gembyung. Sebab, Gembyung itu merupakan seni buhun (jaman baheula) yang harus kita lestarikan keberadaannya.” Demikian ungkap Bebet Sulaiman mengenai latar belakangnya memperkenalkan kembali kesenian Gembyung ke masyarakat.Singkat, tegas, dan pasti, begitulah memang gaya pria satu ini jika menjawab pertanyaan.
Kesenian Gembyung yang merupakan kesenian tradisional Subang memang beberapa dekade ini telah hilang dari permukaan, akibat maraknya kesenian-kesenian modern. Oleh karena itu, sebagai orang Sunda, Bet Sonlie demikian nama beken Bebet di grup Gembyungnya -- merasa tergugah untuk melestarikan kesenian tradisional warisan leluhur tersebut.
”Sekarang ini kan kita selalu kalah oleh organ tunggal dan seni modern lain. Untuk itu saya merasa berkewajiban untuk memperkenalkan kesenian tradisional Sunda, terutama Gembyung ini kepada generasi muda,” ungkapnya.
Sebagai bentuk kecintaannya terhadap kesenian tradisional Gembyung, bersama rekan-rekan sesama karyawan di Pemkab Subang, Bebet membentuk sebuah paguyuban. Paguyuban tersebut diberi nama Paguyuban Gembyung ”Dangiang Dongdo” dan sudah berdiri sejak tiga tahun lalu. ”Alhamdulillah sejak itu Gembyung mampu berkembang lagi,” kata suami Ati ini menjelaskan.
Menurut pengakuannya, dia sendiri mendirikan paguyuban Gembyung ini terinspirasi oleh kelompok Gembyung dari Gembor, Kec. Pagaden. Ketika itu, kelompok Gembyung tersebut terdiri dari para pria yang usianya sudah menjelang maghrib. ”Namanya juga aki-aki, suara mereka itu pasti kurang enakeun,” tegas Bebet.
Kesenian Gembyung sendiri menurut Bebet awalnya merupakan media penyebaran agama Islam oleh para wali di wilayah Kab. Subang. Maka dari itu, tembang yang mengiri Gembyung adalah shalawatan.
”Tapi karena kita ingin agar Gembyung ini diterima semua lapisan masyarakat, maka kita modifikasi. Kita sesuaikan dengan jaman sekarang ini. Yang tadinya shalawatan, sekarang diganti lagu-lagu Sunda dan sejenisnya,” katanya.
Berkat usahanya melestarikan kesenian Gembyung ini, Bebet beserta rekan-rekan di ”Dangiang Dongdo” kerap diundang dalam acara-acara penting. Tidak hanya di wilayah Kab. Subang, Bebet juga pernah diundang Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) Republik Indonesia . ”Waktu itu kita diundang dalam acara serah-terima jabatan di Dephankam. Acaranya sendiri digelar di Ancol,” kata pria asli Subang kelahiran Januari 1956 ini.
Satu hal yang berkesan baginya dalam acara itu, tiga petinggi Dephankam ikut ngibing dengan diiringi musik Gembyung-nya. ”Saya sampai tidak percaya, padahal mereka itu pangkatnya sangat tinggi. Bahkan saya sampai nangis karena terharu,” ceritanya mengenang acara tersebut.
Tidak hanya itu, pada 28 April 2007 mendatang juga, Bebet akan mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Barat. Penghargaan tersebut akan dia terima berkat jasanya dalam melestarikan kesenian tradisional Sunda.
Kecintaannya terhadap budaya tradisional Sunda juga tidak hanya diwujudkan dalam kesenian Gembyung. Di padepokan tempat tinggalnya, dia membuat Saung Seni Budaya. Di saung tersebut dia memamerkan beragam perlengkapan tradisional Sunda. ”Ya ada dulang, uluku, dan alat-alat tradisional Sunda lainnya. Saya coba kenalkan ke para pemuda bahwa para leluhur kita dulu menggunakan alat tradisional seperti ini. Ya kalau anak-cucu kita kelak bertanya tentang alat dan seni tradisional Sunda, kita bisa menjelaskan dan memperlihatkannya,” terangnya.
Satu kelompok seni Gembyung sendiri terdiri atas 17 orang dengan alat-alat yang berjumlah banyak pula. Alat-alat tersebut adalah terbang (rebana besar), goong, kendang, dan bedug. ”Ya hampir menyaingi grup Jaipong lah,” candanya. Kesenian rakyat ini biasa dipentaskan dalam upacara-upacara adat seperti mapag cai dan ruatan bumi. (JU-09)***

E-IT Center Subang

Shinta Dewi Maharani

> SUBANG
E-IT Center Subang
DI SEBUAH lorong menuju Aula kantor Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kabupaten Subang yang terletak di lantai 2, terbentang satu garis pita merah lengkap dengan hiasan bunga. Pita tersebut dibentangkan tepat memotong lorong. Dengan begitu dapat diartikan bahwa tidak boleh ada orang yang melewati garis pita tersebut. Di dinding atas pintu Aula tepat depan lorong juga terlihat sebuah tulisan E- IT Center.
Namun ternyata di sebuah ruangan yang terletak di sebelah kanan depan lorong tampak sejumlah pelajar tengah duduk melingkari meja. Di depan mereka terdapat sebuah perangkat komputer. Setelah dihitung, komputernya berjumlah 16. Para pelajar terlihat asyik menggunakan komputer yang sudah dilengkapi fasilitas internet tersebut.
Tidak hanya itu, di ruangan yang satunya lagi, yakni yang sebelah kiri tampak dua pria berkebangsaan Korea . Mereka tengah asik menonton tayangan film yag diputar dengan menggunakan in-fokus pada layar di depannya. Terlihat juga seperangkat komputer di sana . ”Ini adalah ruang diskusi yang dilengkapi fasilitas teleconference, sehingga kita bisa menggunakannya untuk chatting (diskusi) dengan bertatap muka langsung dengan seluruh orang di dunia,” kata salah seorang pria Korea itu, yang kebetulan bernama Dr. Seo Young Chel.
Begitulah suasana gedung baru Subang Education IT Center pada Kamis (5/4) pagi. Bentangan pita merah, para pelajar, dua pria Korea dan sebagainya sengaja diundang dalam rangka peresmian gedung tersebut.
Subang IT Center merupakan program kerjasama antara Korea International Cooperation Agency (KOICA) dengan PT. Telkom Indonesia untuk membantu Pemerintah Kabupaten Subang dalam bidang teknologi informasi. Menurut staf ahli KOICA, Dr. Seo Young Chel, pembuatan Subang IT Center ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya minat masyarakat Subang terhadap internet. Sementara itu fasilitasnya sendiri sangat terbatas.
Seo menjelaskan, Subang IT Center ini bisa mulai digunakan pada Mei mendatang. Semua orang bisa menggunakannya secara bebas dan gratis, karena tempat tersebut terbuka untuk umum. ”Bagi Pemda Subang, para pelajar dan mahasiswa, orang yang mau mencari kerja di internet, dan yang paling penting adalah mempromosikan Subang melalui layanan online,” kata Seo ditanya mengenai tujuan didirikannya IT Center ini.
Fasilitas perangkat komputer yang ada di Subang IT Center ini merupakan bantuan dari KOICA. Sementara untuk fasilitas layanan internetnya dibantu dari PT. Telkom. General Manajer PT. Telkom Kandatel Subang, Rika menjelaskan, program ini merupakan bentuk kepedulian telkom terhadap pendidikan di Subang. ”Selama ini kita punya program IGTS untuk bidang pendidikan. Kita kerjasama dengan Depdiknas dengan fasilitas astinet. Nah ini juga bagian dari kepedulian kita terhadap pendidikan. Kebetulan yang ngadain Korea dan Bapeda,” tegas Rika.
Rika menambahkan, dipakainya astinet untuk fasilitas di IT Center, karena sampai saat ini Subang menggunakan astinet. Menurutnya, pada triwulan ke-3 nanti baru akan menggunakan speedy. ”Kelebihan speedy itu harganya lebih murah,” jelasnya.
Para pelajar yang sengaja diundang dalam acara peresmian Subang IT Center menyambut baik keberadaan IT Center tersebut. Bagi mereka, hal ini dapat membantunya dalam mengakses informasi. Apalagi internet di IT Center ini dapat digunakan secara gratis.
Anggi, salah seorang siswi SMA Negeri 1 Subang mengatakan, program ini bagus karena dapat membantu kebutuhannya akan informasi. ”Ini berarti ada perkembangan, karena selama ini jumlah warnet di Subang sangat terbatas. Selain itu, kita juga harus ngantri menunggu lama. Ya, dengan adanya IT Center ini mudah-mudahan semua orang dapat terbantu dalam mengakses informasi,” katanya.
Namun sebagai warga Indonesia , Anggi beserta teman-temannya merasa miris mengapa yang mendirikan IT Center ini harus orang Korea . ”Itu yang jadi pertanyaan, mengapa harus orang Korea ?” tanya mereka.(JU-12)***PIKIRAN RAKYAT

Berita Subang

> SUBANG
Lahan Kritis Capai 10.000 HektareSelamatkan Hutan Subang
BERBAGAI komunitas lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli dan bergerak terhadap lingkungan hidup di kabupaten Subang mendesak pemerintah setempat untuk menyelamatkan hutan. Terutama hutan dan kawasan yang sudah gundul akibat perambahan liar tempo dulu sehingga menjadi lahan kritis. Apalagi jumlahnya masih cukup besar mencapai lebih dari 10.000 hektare .
Selain itu, pengawasan dari instansi terkait perlu terus-menerus dilakukan terutama dalam penggunaan lahan terbuka sebagaimana yang tertuang dalam peraturan daerah (Perda). Termasuk dalam pemberian izin dan pembangunan pabrik maupun perusahaan yang bergerak di bidang perumahan, restoran, maupun wisata di kawasan perkebunan atau kehutanan.
Demikian diungkapkan Ketua Pelaksana Harian Komite Daerah Aliran Sungai dan Lingkungan Hidup (Komdas-LH) Kab. Subang, Hendi Sukmayadi berkaitan dengan masih luasnya lahan kritis dan menjelang peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2007.
”Kita masih prihatin dengan kondisi hutan Subang dan rekan-rekan LSM yang tergabung di Komdas LH terus berusaha menyelamatkan sekaligus mendesak Pemkab Subang. Tanpa ada ketegasan dan dukungan dari legislatif serta eksekutif kita tidak bisa berbuat apa-apa, ” ujarnya.
Menurut Hendi, pengungkapan Subang memiliki lahan kritis cukup luas ini mungkin saja banyak yang tidak percaya. Sebab, dari arah manapun masuk ke Subang tampak pemandangan yang hijau. ” Lewat Lembang, Bandung begitu indah alam pegunungan hingga memasuki kota Subang. Jika datang dari arah Jakarta, akan tampak jajaran pohon karet yang rapi sepanjang perjalanan menuju Subang. ,” kata Hendi.
Ternyata di balik itu terdapat ribuan hektare lahan kritis dan telantar di 14 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di Subang. Tahun 2006 kecamatan yang paling luas dan rawan terletak di wilayah Cijambe seluas 4.745 hektare. Cisalak 1.631 hektare, dan Sagalaherang mencapai 800 hektare, sementara daerah lainnya di bawah 500 hektare, terutama di wilayah Subang tengah, dan barat.
Menjadi Prioritas
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten, Ir. H. Samsuddin membenarkan adanya kerusakan hutan dan kebun hingga menjadi lahan kritis di wilayah kerjanya. Semua yang disebutkan benar dan telah menjadi prioritas garapan setiap tahunnya. ”Namun, sudah barang tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan,” katanya.
Dia mengungkapkan keberhasilan menyelamatkan hutan kritis sejak tahun 2004 sudah mulai terasa hasilnya, semula 12.984 hektare menjadi 10.697,3 hektare pada tahun 2005 dan tahun 2006 berkurang kembali menjadi 9.702,3 hektare. Tahun 2007 ini diharapkan bisa tergarap 2.325 hektare lebih lewat gerakan penghijauan, gerakan rehabilitasi lahan kritis dan hutan rakyat,” jelas Ir. H. Samsuddin.
Bahkan yang menggembirakan, katanya, adanya perkembangan hutan rakyat dari semula hanya 8.215 hektare pada tahun 2004 menjadi 10.855 hektare pada tahun 2006. Dari data ini, kata† Kadishutbun, pihaknya tidak berpangku tangan termasuk bekerja sama dengan LSM dan masyarakat di sekitar hutan dan perkebunan. Sesuai pula dengan program di antaranya, usaha kehutanan dan perkebunan, pelestarian sumber daya alam dan rehabilitasi lahan kritis seperti penertiban, penataan dan pemeliharaan hutan kota Ranggawulung, penghijauan di sekitar mata air.
Berkaitan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, LSM dan komunitas masyarakat serta mahasiswa, pelajar, dan pramuka akan melakukan aksi di halaman Wisma Karya Jln. A. Yani, Subang lewat orasi dan aksi teatrikal serta media massa. ”Kita sudah berembuk dengan rekan-rekan yang difasilitasi Komdas LH untuk kegiatan tersebut. Sebab momen peringatan sangat penting untuk mengingatkan dan menyadarkan masyarakat terhadap lingkungan,” kata Indra Gumilang. Sekretaris Pelaksana peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia di Subang. (JU-14)***PIKIRAN RAKYAT

Minggu, 03 Juni 2007

PROFIL

> SUBANG - PROFIL
Dalang SumitraHarus Punya Ciri Khas
”Selain latihan secara rutin dan berpengetahuan luas, seorang dalang juga harus punya ciri khas dan karakter sendiri. Jangan pernah ikut-ikutan gaya dalang lain.” Begitu tegas Sumitra, seorang dalang senior asal Subang saat ditemui di kediamannya di Dusun Bantar Desa Karangsari Binong, Rabu (18/4).
Ungkapan tersebut merupakan penilaian Sumitra terhadap prestasi dalang saat ini. Menurutnya, melemahnya prestasi dalang terutama di Subang justru akibat ikut-ikutan meniru gaya dalang lain. Apalagi banyak dalang yang ikut-ikutan gaya dalang Bandung. Padahal menurutnya, dari segi logat saja, antara Bandung dan Subang sudah jauh berbeda.
”Belajar dari dalang lain harus, namun jangan ngejiplak. Ini mah gaya Asep Sunandar atau Dede Amung dijiplak, padahal belum tentu pantas baginya. Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut dianggap wajar-wajar saja, namun bagi mereka yang mengerti perdalangan justru itu tidak boleh,” tuturnya.
Lelaki kelahiran Subang 60 tahun silam ini mengaku sudah sejak tahun 1972 dia manggung sendiri sebagai dalang. Bersama grup wayang golek ”Gentra Bale Bandung I” yang dipimpinnya, dia kerap mentas di sejumlah kota di luar Subang. ”Mentas itu ke mana-mana. Brebes, Kuningan, Bekasi, dan daerah lain di Jawa Barat mah sudah hampir tahu siapa Bapak,” ungkapnya.
Sebelum dia bisa mentas sendiri, Sumitra mengaku kalau dirinya hanya ikut-ikutan bersama dalang Casim. Bakatnya sendiri dia turunkan dari sang Bapak, dalang Nedi yang merupakan dalang kondang di zamannya. ”Pun Bapak sejak tahun 1940-an sudah jadi dalang,” katanya.
Meski kini usianya sudah tidak muda lagi, tawaran mangggung masih terus mengalir. Bahkan ketika ”PR” hendak mewawancarainya pun, dia tidak pernah punya waktu luang. ”Selalu sibuk,” katanya memberi alasan. Karena baginya, profesi dalang itu berbeda dengan profesi lain. Dalang tidak ada pensiunnya. Selama dia masih mampu, selama itu pula dia mementaskan wayang.
Warisan bakat dari sang Bapak dan sering ikut mentas bersama dalang Casim itulah yang telah mengantarkan lelaki dua anak ini memperoleh gelar juara di tingkat Jawa Barat pada tahun 1984. Sumitra mengaku dirinya hanya satu kali ikut lomba, dan langsung jadi juara. Menurut dia, dalam dunia pedalangan ada sistem yang berbeda dengan lomba-lomba di dunia lain. ”Setelah jadi juara, kita tidak boleh ikut lomba lagi. Paling kita jadi juri pada lomba berikutnya. Itu yang berbeda dengan bidang lain,” jelasnya.
Kendati pernah jadi juara di tingkat Jawa Barat dan sekarang diangkat sebagai sesepuh dalang di Kab. Subang, Sumitra mengaku dia sama sekali tidak sekolah pewayangan. Dirinya hanya belajar secara autodidak dari sang Bapak dan dalang Casim. ”Belajarnya autodidak, tidak sekolah seni atau pewayangan,” kata suami Hj. Mariam yang mengaku menjadi dalang bukan merupakan cita-citanya sejak kecil. (JU-12)***PIKIRAN RAKYAT

PROFIL

> SUBANG - PROFIL
K.H. HidayatPendidikan Gratis
BAGI kalangan ulama, kiai, dan santri di Kab. Subang, nama Pondok Pesantren (pontren) Al-Hidayah sudah tidak asing lagi. Pondok pesantren yang terletak di sebuah kampung di Desa Munjul Kec. Pagaden Kab. Subang tersebut didirikan oleh seorang kiai bernama K.H. Hidayat atau yang lebih terkenal dengan nama K.H. Dayat pada tahun 1992.
Konsep pendidikan yang serba gratis termasuk biaya makan sehari-hari menjadi salah satu alat yang mempermudah terkenalnya nama pontren tersebut. Bagaimana tidak, di tengah-tengah zaman serba mahal seperti sekarang ini, termasuk pendidikan, K.H. Hidayat mampu mendidik para santrinya tanpa bayaran sepeserpun.
”Niat saya mendirikan tempat ini lillahi taa, semata-mata demi kesejahteraan umat,” katanya saat ditemui di kediamannya di Kampung Sanding RT 09 RW 05 Desa Munjul Kec. Pagaden Subang.
Menurutnya, yang melatarbelakangi berdirinya pontren tersebut adalah keadaan di masyarakat yang masih ada orang-orang yang perlu bantuan, baik secara ekonomi maupun ilmu. Apalagi dalam keadaan yang kini serba-sulit. Merasa mampu secara ekonomi dan ilmu, dia pun mendirikan pontren yang pada awalnya hanya berjumlah dua kamar ditambah musala.
Hingga kini, jumlah santri yang pernah menimba ilmu di pontren tersebut sudah ratusan. Mereka berasal dari Subang dan sejumlah daerah di Indonesia, seperti Lampung, Jambi, Banten, Purwakarta, Indramayu, dan Cirebon.
Sejak berdiri pada 1992, K.H. Hidayat mengaku sudah dua kali membuat bangunan pontren. Namun semua dana dia tanggung sendiri. ”Paling bantuan alat-alat dan bahan bangunan seperti kayu dan bambu dari tetangga sekitar. Alhamdulillah tetangga di sini baik yang dekat maupun yang jauh peduli juga,” katanya.
Sistem pengajaran yang diterapkan di pontren yang dipimpinnya adalah sistem pengajaran kebanyakan pontren salaf. Mengaji Alquran dan kitab kuning merupakan rutinitas para santrinya. Meski begitu, bukan berarti pengajaran modern ditolaknya. Bahkan pihaknya bekerjasama dengan SMKN 2 Subang mendirikan sekolah jarak jauh.
Yang menjadi konsentrasi program kerjasama itu adalah bidang budidaya ternak. ”Alhamdulillah tahun ini ada 8 murid yang ikut program tersebut,” kata pria kelahiran 10 Agustus 1942 tersebut.
Satu kendala program kerja sama tersebut menurut suami Siti Tini Wartini, yakni tidak adanya sarana bangunan yang memadai. Untuk itu, ke depannya pihaknya akan menyediakan tanah sebagai lahan bangunan, sementara biaya pembangunannya sendiri dari pihak SMKN 2.
Dibantu empat pengajar lain, K.H. Hidayat kini mendidik sekitar 80 santri putra dan putri. Setiap harinya dari pagi hingga malam, ia mendidik para santrinya dengan ikhlas. Tidak hanya pendidikan berupa pengajaran, tetapi pendidikan hidup tentang konsep pendidikan gratisnya.
Kepada pemerintah, K.H. Hidayat hanya mengimbau agar lebih bijaksana, terutama menyangkut kepedulian pemerintah terhadap rakyat yang miskin. Begitu juga terhadap para hartawan agar bersikap lebih dermawan. ”Jika kita saling bantu, kesejahteraan umat pun akan tercapai. Tidak akan ada lagi istilahnya kemiskinan. Makanya pemerintah lebih bijaksanalah,” ujarnya di akhir pembicaraan.(JU-12).***PIKIRAN RAKYAT

Berita

> SUBANG
Masyarakat tak Sabar MenantiPembangunan Tol Cipal (116 km) Ditaksir Rp 500 Miliar
MASYARAKAT yang memiliki lahan di kawasan yang dilewati rencana jalan tol Cikampek-Palimanan, kini berada dalam penantian yang membingungkan karena ketidakjelasan kapan pelaksanaan pembebasan tanah tiba. Menurut sebuah sumber, sudah ada edaran yang seolah membekukan lahan sehingga mereka ragu untuk menarik manfaat optimal dari lahan milik mereka sendiri.
Kabid Fisik dan Prasarana Bappeda Kab. Subang, Sumasna ST.MUM, membenarkan bahwa rencana pembangunan tol yang menyita sepanjang 44 km melewati Kab. Subang itu akan dimulai pada bulan Maret tahun ini. Dia mengatakan, berbeda dengan di kawasan lain yang selalu terhambat oleh dukungan masyarakat, justru pemilik lahan di Subang kebanyakan menyambut gembira rencana pembebasan tanah mereka.
Sebagaimana ditetapkan pemerintah pusat melalui proses tender tahun 1997, bertindak selaku investor pemenang untuk tol Cikampek-Palimanan ini adalah Bukaka Grup. Namun, sampai saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa perusahaan tersebut akan segera memulai aktivitasnya. ”Saya kira soal perusahaannya tidak akan ada perubahan, karena tidak akan ada tender ulang,” kata Sumasna.
Di pihak lain, informasi yang beredar bahwa Bukaka Grup belum segera turun ke lapangan karena masih menyelesaikan persoalan internal mereka. Konon, ada perubahan pemilik saham yang melibatkan perusahaan dari negara jiran, Malaysia.
Berkaitan dengan dugaan adanya kesulitan pembiayaan, Sumasna menyatakan tidak mengetahui sejauh itu. Dia mengatakan, biaya pembangunan jalan tol Cipal ini memang sangat besar, ditaksir sekitar Rp 500 miliar untuk 116 km. Biaya ini tentu saja menjadi beban investor. Sumasna menyatakan belum melihat adanya anggaran dari pemerintah pusat untuk projek ini yang tercantum dalam APBN.
Tidak sabar
Masyarakat yang dilewati jalan tol, sejak awal memang menyambut baik rencana pemerintah tersebut karena akan memberikan banyak manfaat bagi warga Subang, terutama dengan dampak ikutannya berupa pembangunan kawasan industri yang akan banyak menyerap tenaga kerja dari Subang. ”Kami sangat mendukung, dan sudah siap melepaskan tanah kami, sesuai ketentuan yang berlaku,” ujar Usep Karnedi salah seorang tokoh masyarakat di Purwadadi.
Sementara kebanyakan pemilik lahan merasa kesulitan dengan ketidakjelasan waktu pembebasan. Sebagian besar lahan yang akan dilalui jalan tol adalah lahan perkebunan dengan tanaman keras, di antaranya rambutan. Ketidakpastian itu membuat mereka tidak berani mengambil langkah pemanfaatan yang berjangka panjang terhadap lahan.
”Kami tidak bisa melakukan peremajaan tanaman yang sudah tidak produktif lagi. Tanaman kami kan banyaknya yang memerlukan waktu lama untuk diambil hasilnya. Misalnya, pohon rambutan ditebang dan kemudian menanam lagi, kami takut belum juga berbuah sudah dibebaskan. Jadi, mubazir membeli bibit atau memelihara tanaman,” kata seorang warga yang tidak mau disebutkan identitasnya.
Dia menambahkan, di lapangan ada patok-patok yang katanya untuk jarak tertentu dari patok itu tidak boleh diapa-apakan karena akan segera dibebaskan. ”Kalau tidak jadi, kita kan rugi waktu. Berapa tahun ini dari rencana dulu,” ujarnya. (JU-14)***PIKIRAN RAKYAT

Jumat, 01 Juni 2007

ESTU SUBANG

Kabupatén Subang

Ti Wikipédia, énsiklopédi bébas

Luncat ka: navigasi, sungsi

Kabupatén Subang

Lambang Kabupatén Subang

Gambar:Locator_kabupaten_subang.png

Peta lokasi Kabupatén Subang

Motto

Rakyat Subang Gotong Royong Subang Maju

Propinsi

Jawa Barat

Ibukota

Subang

Lega Wilayah

2.051,76 km²

Kordinat

107” 31’ - 107” 54’ bujur wétan jeung 6” 1’ - 6” 49’ lintang kidul

Pangeusi

· Jumlah

1.407.000 (2003)

· Kapadetan

686 jiwa/km²

Administratif

· Kacamatan

21

· Désa/
kalurahan

-

Dasar hukum

-

Tanggal

-

Bupati

-

Kode area telepon

0260

DAU

Rp. -


Situs web resmi: http://www.subang.go.id

Kabupatén Subang mangrupakeun hiji kabupatén di Propinsi Jawa Barat, Indonésia. Ibukotana nyaéta Subang. Kabupatén ieu wawatesan jeung Laut Jawa di beulah kalér, Kabupatén Indramayu di beulah wétan, Kabupatén Sumedang di wétan kidul, Kabupatén Bandung di beulah kidul, sarta Kabupatén Purwakarta jeung Kabupatén Karawang di beulah kuloneunnana.

Daptar eusi

[sumputkeun]

[édit] Babagian Administratip

Kabupatén Subang kawengku ku 21 kacamatan, nu kabagi deui kana sababaraha désa jeung kalurahan. Puseur pamaréntahannana aya di Kacamatan Subang.

[édit] Transportasi

Kabupatén ieu diliwatan ku jalur pantura, sedengkeun ibukota Kabupatén Subangna mah henteu kaliwatan ku ieu jalur. Jalur pantura di Kabupatén Subang mangrupakeun salah sahiji jalur anu pangraména di Pulo Jawa. Kota kacamatan nu aya dina jalur ieu diantarana Ciasem jeung Pamanukan. Kabupatén Subang oge diiliwatan ku jalur alternatif nuju ka Bandung, Cirebon atawa Tasikmalaya. Lintas Subang - Bandung ngaliwatan Kalijati beuki dipikaresep ku pengemudiBandung - Sumedang - Sadang ngaliwatan Wanayasa jeung Kota Subangna sorangan. sabab jalanna alus jeung bébas halangan, komo deui ti saprak dibukana Gerbang Tol Kaluar di daérah Sadang. Sisimpangan Jalancagak mangnrupakeun sisimpangan nu stratégis sabab ti sisimpangan ieu bisa nepi ka

[édit] Pangeusi

Pangeusi Subang umumna mangrupakeun Suku Sunda, nu ngagunakeun Basa Sunda minangka bssa sapopoéna. Tapi sanaos kitu oge, sapalih wilayah di basisir mah pangeusina migunakeun Basa Jawa Dialék Cirebon (Dermayon). Mayoritas pangeusi Kabupatén Subang ngagem ageman Islam.

[édit] Géograpi

Beulah kidul wilayah Kabupatén Subang mangrupa dataran luhur/pagunungan, sedengkeun beulah kalérna mangrupa dataran handap nu nuju langsung ka Laut Jawa.

[édit] Ékonomi

Ku sabab kalolobaan pangeusina boga panghasilan utama minangka patani jeung buruh pakebonan, nu matak paékonomian Subang loba keneh ditunjang ku séktor patanian. Di Subang beulah kidul loba aréa pakebonan, saperti karét di beulah kulon kalér jeung kebon teh anu kacida legana. Subang dipikawanoh minangka salasahiji daérah nu ngahasilkeun buah ganas, utamana Ganas Madu. Ganas Madu bisa dipanggihan di sapanjang Jalancagak. Dodol ganas, kiripik sampeu jeung selé mangrupakeun kadaharan hasil industri rumah tangga nu bisa dijadikeun oleh-oleh. Ngaliwatan program binaan Yayasan Kandaga, para patani keur ngabudidayakeun supa tiram, lauk nilem di desa Cipunagara.

[édit] Pendidikan

Kalolobaan pangeusi Kabupatén Subang ngan saukur sakola tepi ka Sakola Dasar, sahingga pikeun ngagerakkeun paékonomian rayat diperlukeun katerampilan.

Bagian ieu pondok kénéh. Anjeun bisa mantuan ku jalan nambahannana.

[édit] Pariwisata

  1. Ciater. Di antara gomplokna pakebonan entéh, di wilayah kidul, Kabupatén Subang boga sumber cai panas nu terus ngalir di daérah Ciater. Sari Ater mangrupakeun tujuan wisata nu kacida kakoncarana alatan kahasan tur karaméannana nalika usum pakansi utamana peré Lebaran. Sari Ater salian ti nyadiakeun balong pamandian cai panas, oge ngabogaan panginepan-panginepan nu dipikanyaho minangka Saung Kabayan, cocok keur kulawarga nu hayang liburan.
  2. Klinik kabugaran (Spa) cai panas aya di caketeun obyék wisata Sari Ater.
  3. Curug Cijalu. Curug Cijalu aya di daerah Sagalahérang, mangrupakeun tujuan wisata alam curug nu mibanda pamandangan nu éndah, ngan hanjakal can dikelola kalayan serieus
  4. Curug Ciléat nu aya di Kacamatan Cisalak, oge can dibebenah.

[édit] Tumbu Luar