Minggu, 03 Juni 2007

Berita

> SUBANG
Masyarakat tak Sabar MenantiPembangunan Tol Cipal (116 km) Ditaksir Rp 500 Miliar
MASYARAKAT yang memiliki lahan di kawasan yang dilewati rencana jalan tol Cikampek-Palimanan, kini berada dalam penantian yang membingungkan karena ketidakjelasan kapan pelaksanaan pembebasan tanah tiba. Menurut sebuah sumber, sudah ada edaran yang seolah membekukan lahan sehingga mereka ragu untuk menarik manfaat optimal dari lahan milik mereka sendiri.
Kabid Fisik dan Prasarana Bappeda Kab. Subang, Sumasna ST.MUM, membenarkan bahwa rencana pembangunan tol yang menyita sepanjang 44 km melewati Kab. Subang itu akan dimulai pada bulan Maret tahun ini. Dia mengatakan, berbeda dengan di kawasan lain yang selalu terhambat oleh dukungan masyarakat, justru pemilik lahan di Subang kebanyakan menyambut gembira rencana pembebasan tanah mereka.
Sebagaimana ditetapkan pemerintah pusat melalui proses tender tahun 1997, bertindak selaku investor pemenang untuk tol Cikampek-Palimanan ini adalah Bukaka Grup. Namun, sampai saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa perusahaan tersebut akan segera memulai aktivitasnya. ”Saya kira soal perusahaannya tidak akan ada perubahan, karena tidak akan ada tender ulang,” kata Sumasna.
Di pihak lain, informasi yang beredar bahwa Bukaka Grup belum segera turun ke lapangan karena masih menyelesaikan persoalan internal mereka. Konon, ada perubahan pemilik saham yang melibatkan perusahaan dari negara jiran, Malaysia.
Berkaitan dengan dugaan adanya kesulitan pembiayaan, Sumasna menyatakan tidak mengetahui sejauh itu. Dia mengatakan, biaya pembangunan jalan tol Cipal ini memang sangat besar, ditaksir sekitar Rp 500 miliar untuk 116 km. Biaya ini tentu saja menjadi beban investor. Sumasna menyatakan belum melihat adanya anggaran dari pemerintah pusat untuk projek ini yang tercantum dalam APBN.
Tidak sabar
Masyarakat yang dilewati jalan tol, sejak awal memang menyambut baik rencana pemerintah tersebut karena akan memberikan banyak manfaat bagi warga Subang, terutama dengan dampak ikutannya berupa pembangunan kawasan industri yang akan banyak menyerap tenaga kerja dari Subang. ”Kami sangat mendukung, dan sudah siap melepaskan tanah kami, sesuai ketentuan yang berlaku,” ujar Usep Karnedi salah seorang tokoh masyarakat di Purwadadi.
Sementara kebanyakan pemilik lahan merasa kesulitan dengan ketidakjelasan waktu pembebasan. Sebagian besar lahan yang akan dilalui jalan tol adalah lahan perkebunan dengan tanaman keras, di antaranya rambutan. Ketidakpastian itu membuat mereka tidak berani mengambil langkah pemanfaatan yang berjangka panjang terhadap lahan.
”Kami tidak bisa melakukan peremajaan tanaman yang sudah tidak produktif lagi. Tanaman kami kan banyaknya yang memerlukan waktu lama untuk diambil hasilnya. Misalnya, pohon rambutan ditebang dan kemudian menanam lagi, kami takut belum juga berbuah sudah dibebaskan. Jadi, mubazir membeli bibit atau memelihara tanaman,” kata seorang warga yang tidak mau disebutkan identitasnya.
Dia menambahkan, di lapangan ada patok-patok yang katanya untuk jarak tertentu dari patok itu tidak boleh diapa-apakan karena akan segera dibebaskan. ”Kalau tidak jadi, kita kan rugi waktu. Berapa tahun ini dari rencana dulu,” ujarnya. (JU-14)***PIKIRAN RAKYAT

Tidak ada komentar: