Minggu, 03 Juni 2007

PROFIL

> SUBANG - PROFIL
K.H. HidayatPendidikan Gratis
BAGI kalangan ulama, kiai, dan santri di Kab. Subang, nama Pondok Pesantren (pontren) Al-Hidayah sudah tidak asing lagi. Pondok pesantren yang terletak di sebuah kampung di Desa Munjul Kec. Pagaden Kab. Subang tersebut didirikan oleh seorang kiai bernama K.H. Hidayat atau yang lebih terkenal dengan nama K.H. Dayat pada tahun 1992.
Konsep pendidikan yang serba gratis termasuk biaya makan sehari-hari menjadi salah satu alat yang mempermudah terkenalnya nama pontren tersebut. Bagaimana tidak, di tengah-tengah zaman serba mahal seperti sekarang ini, termasuk pendidikan, K.H. Hidayat mampu mendidik para santrinya tanpa bayaran sepeserpun.
”Niat saya mendirikan tempat ini lillahi taa, semata-mata demi kesejahteraan umat,” katanya saat ditemui di kediamannya di Kampung Sanding RT 09 RW 05 Desa Munjul Kec. Pagaden Subang.
Menurutnya, yang melatarbelakangi berdirinya pontren tersebut adalah keadaan di masyarakat yang masih ada orang-orang yang perlu bantuan, baik secara ekonomi maupun ilmu. Apalagi dalam keadaan yang kini serba-sulit. Merasa mampu secara ekonomi dan ilmu, dia pun mendirikan pontren yang pada awalnya hanya berjumlah dua kamar ditambah musala.
Hingga kini, jumlah santri yang pernah menimba ilmu di pontren tersebut sudah ratusan. Mereka berasal dari Subang dan sejumlah daerah di Indonesia, seperti Lampung, Jambi, Banten, Purwakarta, Indramayu, dan Cirebon.
Sejak berdiri pada 1992, K.H. Hidayat mengaku sudah dua kali membuat bangunan pontren. Namun semua dana dia tanggung sendiri. ”Paling bantuan alat-alat dan bahan bangunan seperti kayu dan bambu dari tetangga sekitar. Alhamdulillah tetangga di sini baik yang dekat maupun yang jauh peduli juga,” katanya.
Sistem pengajaran yang diterapkan di pontren yang dipimpinnya adalah sistem pengajaran kebanyakan pontren salaf. Mengaji Alquran dan kitab kuning merupakan rutinitas para santrinya. Meski begitu, bukan berarti pengajaran modern ditolaknya. Bahkan pihaknya bekerjasama dengan SMKN 2 Subang mendirikan sekolah jarak jauh.
Yang menjadi konsentrasi program kerjasama itu adalah bidang budidaya ternak. ”Alhamdulillah tahun ini ada 8 murid yang ikut program tersebut,” kata pria kelahiran 10 Agustus 1942 tersebut.
Satu kendala program kerja sama tersebut menurut suami Siti Tini Wartini, yakni tidak adanya sarana bangunan yang memadai. Untuk itu, ke depannya pihaknya akan menyediakan tanah sebagai lahan bangunan, sementara biaya pembangunannya sendiri dari pihak SMKN 2.
Dibantu empat pengajar lain, K.H. Hidayat kini mendidik sekitar 80 santri putra dan putri. Setiap harinya dari pagi hingga malam, ia mendidik para santrinya dengan ikhlas. Tidak hanya pendidikan berupa pengajaran, tetapi pendidikan hidup tentang konsep pendidikan gratisnya.
Kepada pemerintah, K.H. Hidayat hanya mengimbau agar lebih bijaksana, terutama menyangkut kepedulian pemerintah terhadap rakyat yang miskin. Begitu juga terhadap para hartawan agar bersikap lebih dermawan. ”Jika kita saling bantu, kesejahteraan umat pun akan tercapai. Tidak akan ada lagi istilahnya kemiskinan. Makanya pemerintah lebih bijaksanalah,” ujarnya di akhir pembicaraan.(JU-12).***PIKIRAN RAKYAT

Tidak ada komentar: