Minggu, 03 Juni 2007

PROFIL

> SUBANG - PROFIL
Dalang SumitraHarus Punya Ciri Khas
”Selain latihan secara rutin dan berpengetahuan luas, seorang dalang juga harus punya ciri khas dan karakter sendiri. Jangan pernah ikut-ikutan gaya dalang lain.” Begitu tegas Sumitra, seorang dalang senior asal Subang saat ditemui di kediamannya di Dusun Bantar Desa Karangsari Binong, Rabu (18/4).
Ungkapan tersebut merupakan penilaian Sumitra terhadap prestasi dalang saat ini. Menurutnya, melemahnya prestasi dalang terutama di Subang justru akibat ikut-ikutan meniru gaya dalang lain. Apalagi banyak dalang yang ikut-ikutan gaya dalang Bandung. Padahal menurutnya, dari segi logat saja, antara Bandung dan Subang sudah jauh berbeda.
”Belajar dari dalang lain harus, namun jangan ngejiplak. Ini mah gaya Asep Sunandar atau Dede Amung dijiplak, padahal belum tentu pantas baginya. Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut dianggap wajar-wajar saja, namun bagi mereka yang mengerti perdalangan justru itu tidak boleh,” tuturnya.
Lelaki kelahiran Subang 60 tahun silam ini mengaku sudah sejak tahun 1972 dia manggung sendiri sebagai dalang. Bersama grup wayang golek ”Gentra Bale Bandung I” yang dipimpinnya, dia kerap mentas di sejumlah kota di luar Subang. ”Mentas itu ke mana-mana. Brebes, Kuningan, Bekasi, dan daerah lain di Jawa Barat mah sudah hampir tahu siapa Bapak,” ungkapnya.
Sebelum dia bisa mentas sendiri, Sumitra mengaku kalau dirinya hanya ikut-ikutan bersama dalang Casim. Bakatnya sendiri dia turunkan dari sang Bapak, dalang Nedi yang merupakan dalang kondang di zamannya. ”Pun Bapak sejak tahun 1940-an sudah jadi dalang,” katanya.
Meski kini usianya sudah tidak muda lagi, tawaran mangggung masih terus mengalir. Bahkan ketika ”PR” hendak mewawancarainya pun, dia tidak pernah punya waktu luang. ”Selalu sibuk,” katanya memberi alasan. Karena baginya, profesi dalang itu berbeda dengan profesi lain. Dalang tidak ada pensiunnya. Selama dia masih mampu, selama itu pula dia mementaskan wayang.
Warisan bakat dari sang Bapak dan sering ikut mentas bersama dalang Casim itulah yang telah mengantarkan lelaki dua anak ini memperoleh gelar juara di tingkat Jawa Barat pada tahun 1984. Sumitra mengaku dirinya hanya satu kali ikut lomba, dan langsung jadi juara. Menurut dia, dalam dunia pedalangan ada sistem yang berbeda dengan lomba-lomba di dunia lain. ”Setelah jadi juara, kita tidak boleh ikut lomba lagi. Paling kita jadi juri pada lomba berikutnya. Itu yang berbeda dengan bidang lain,” jelasnya.
Kendati pernah jadi juara di tingkat Jawa Barat dan sekarang diangkat sebagai sesepuh dalang di Kab. Subang, Sumitra mengaku dia sama sekali tidak sekolah pewayangan. Dirinya hanya belajar secara autodidak dari sang Bapak dan dalang Casim. ”Belajarnya autodidak, tidak sekolah seni atau pewayangan,” kata suami Hj. Mariam yang mengaku menjadi dalang bukan merupakan cita-citanya sejak kecil. (JU-12)***PIKIRAN RAKYAT

1 komentar:

Liezmaya mengatakan...

wiuh, ditilik2teh maju wae ieu blogteh, alah simkuring pami kieu carana bisa2 eleh atuh kku kang beben...hmm nyaan mani kataji kang...maju terus ah, salam ka urang Subang :)